Sabtu, 19 Oktober 2019

Lelaki yang Menjual Dirinya



FORMAT TEXT

LELAKI

- Font : Hello Teman
- Size : 95 pt
- Color :   R:42 G:235 B:222
- Fountain Fill (F11) - Linear White - 270 Degrees
- Drop Shadow = Presset - Small Glow - White - Add

Yang Menjual Dirinya

- Font : Quite Magical & Hello Teman 
- Size : 35 pt
- Color :   R:42 G:235 B:222
- Fountain Fill (F11) - Linear White - 270 Degrees

Cerpen Fiksi

- Font : SchoolRules
- Size : 24 pt
- Color :   R:42 G:235 B:222
- Fountain Fill (F11) - Linear White - 270 Degrees

Zul Adrian Azizam

- Font : Brain Wants
- Size : 12 pt
- Color : White
- Outline (F12) - 0.75 pt

Text Cover Belakang

- Font : SchoolRules
- Size : 14 pt
- Color : White

PENERBIT 

- Logo

- Barcode
 
BACKGROUND 


- Milky Way


- Old Chair
Transparency - Linear 50 % all Sides
 


- Black Sketch Book


- Black Rectangle - Transparency 30 %



TEXT COVER BELAKANG

    Seorang lelaki tua mendengar dentuman cukup keras. Saking kerasnya membuat ia terbangun dari tidurnya. Ia segera mengecek keluar, namun tidak ada satu keanehan pun yang ia saksikan. Semuanya berjaan normal seperti biasa. Hal itu membuatnya bingung. Dentuman keras apakah itu?

    Lelaki tua itu melewatkan sebuah kegiatan rutinnya tiap hari: menonton berita pada hari itu. Ia pun tetap memutar televisi berharap masih ada berita yang ia dapatkan, apalagi mengenai dentuman yang cukup keras itu. Namun, suatu kala ia mendengar sebuah berita Seorang kakek didapatkan dalam keadaan tak bernyawa di kediamannya...” sontak saja ini membuatnya lebih terkaget. Ia hanya tinggal seorang diri. Tanpa siapa pun. Tidak dengan tetangga sekali pun. Lelaki tua itu jarang bergaul. Ia membayangkan dirinyalah yang ada dalam berita itu.

    Tak berapa lama sayup-sayup dan mulai mengencang suara dari masjid dekat rumahnya. Innalillahi wa innailahi roji’un, telah berpulang ke rahmatullah, saudara kita Bapak Khairun. Sontak saja, pengumuman itu seperti bom molotov yang menghujam jantungnya dan itu sangat keras. Itu bukan karena Pak Khairun itu kerabatnya, tapi karena pengumuman itu kembali mengingatkannya tentang kematian yang seorang diri. Lelaki tua itu pun tak mau lagi mendengar berita atau pengumuman apapun. Apa yang dilakukan lelaki tua itu lagi? Bisakah ia melewati itu semua?*Kutipan di atas adalah sekelumit peristiwa dalam cerpen “Lelaki yang Menjual Hidupnya” dan terdapat empat belas cerpen lainnya yang mayoritas menceritakan kisah seorang lelaki.


- Zul Adrian Azizam -


File Vector nya bisa di Download
disini

Support CorelDraw X3 / X4 / X7 
Tampilan Cover tanpa Background




Senin, 14 Oktober 2019

Ketika CInta Harus Berbagi


Format Text

KETIKA CINTA HARUS BERBAGI

KETIKA

-Font : The Friday Stroke
-Size : 55 pt
-Color : Red & Black
-Fountain Fill (F11) - Linear (Red-Black)

CINTA

-Font : Indiana Jonas
-Size : 98 pt
-Color : Red & Black
-Fountain Fill (F11) - Linear (Red-Black)

HARUS BERBAGI

-Font : Indiana Jonas
-Size :  43 pt
-Color : Red & Black
-Fountain Fill (F11) - Linear (Red-Black)


SINOPSIS TEXT

 - Font : Brain Wants
- Size : 10 pt
- Align : Full Justify
- Color : Purple

KOTE  SYAMSUL

- Font : Aerovias Brasil NF
- Size : 24 pt
- Color : purple
- Hairline : 0,75 White

PENERBIT

- Logo


- Barcode

 BACKGROUND

- Holding Hand Sketch

- Poligami Ilustrasi

- Purple & White Smokey background

- Transparent Double Heart
File Vector nya bisa di Download 
disini


Support Corel Draw X7


Sinopsis Text 

   " Bambang, seorang lelaki tampan yang menjadi tangan kanan orang terkaya di kampungnya hingga akhirnya dinikahkan dengan anak gadis orang kaya tersebut yang lebih tua dari usianya. Setelah menikah, segala bisnis usaha mertua berpindah kepadanya, dia yang menghandle.

    Namun, siapa sangka, di saat sang istri dalam masa nifas melahirkan anak ketiga, Bambang menikah lagi secara siri.Awalnya Tina, istri pertama Bambang tak terima atas madu yang dibawa pulang ke kampung. Dia mengacuhkan suaminya, tapi beruntung Bambang dibela kakak ipar paling tua yang bertugas sebagai polisi.

    Kehidupan mereka pun berjalan harmonis meski harus berbagi suami.Di tengah kebahagiaan yang lagi meraja, tiba-tiba hadir seorang wanita muda berbadan seksi, mengaku sebagai istri Bambang.
  
    Bagaimanakah kisah selanjutnya? Mampukah Bambang mengatasi permasalahan barunya? Bagaimana dengan istri pertama dan kedua yang nota bene segala kekayaan bersumber dari orang tua istri pertama? Mampukah mereka mengatasi konflik rumah tangga yang begitu pelik?

    Baca kelanjutan kisahnya dalam novel KETIKA CINTA HARUS BERBAGI, yang ditulis oleh seorang lelaki desa dari Pedamaran. "


- Kote Syamsul -

Tampilan Cover tanpa Background 




Tampilan Background tanpa Text

Jumat, 11 Oktober 2019

Mustika Bersulam Emas


Format Text

MUSTIKA BERSULAM EMAS

- Font : Alimony
- Size : 120 pt
- Color : Red & Sand
- Fountain Fill (F11) - Linear - 270 Degres - Red-Sand
- Drop Shadow - Small Shadow - Grey - Subtract

NOVEL PROFETIK - SUFISTIK

- Font : Alimony
- Size : 16 pt
- Color Black

SINOPSIS BELAKANG

- Font : Tw Cen MT
- Size : 9 pt
- Color : White

PENERBIT

- Logo

 - Barcode


 BACKGROUND

- Silver Metal Foil Decoration Background


- 17 August Indonesia Happy Independence Day


- Grass Hut Vector


- Bercak


- Books 720


- Peta Jambi


- Tari Kerinci






- Bendera Indonesia Hold Style



- Peta Indonesia



File Vector nya bisa di Download
disini


Support CorelDraw X7 


TEXT COVER BELAKANG

     Pengembaraan dan pencarian kebenaran dan kesejatian diri bukanlah mudah, namun menempuh proses yang panjang dan perjalanan yang terjal dan melelahkan. Khilaf, salah dan lupa merupakan sifat insani yang dhaif tapi bukan sesuatu yang harus penghalang meraih cintaNya, karena Allah membuka pintu taubat; yakni tempat kembali ke haribaanNya.

    Seperti seruling bambu yang kemerduannya merupakan “rintihan” kesejatiaanya untuk kembali ke asal diri, yakni rumpun bambu.Kuatnya nuansa profetik-sufistik dalam novel ini dibuktikan dengan unsur sastra yang memikat, menggelitik kesadaran dan menggairahkan rasa keagamaan. Dibumbui dengan sensasi dan perenungan nilai-nilai spiritual di lubuk hati yang sublim. Tema moralitas (Mustika Budi) dipadu dengan muhasabah atau introspeksi diri (Mustika Hati), serta berbuhul pada kesejatian diri yang spiritualistik dan transedental (Mustika Diri Sejati). Kemudian diolah dan diramu ke dalam kisah cinta yang menerima dan memberi dan mengikuti unsur inderawi secara simbolik dengan realitas yang lebih tinggi menembus dimensi langit spiritualitas, bahkan menyingkap sisi insaniah menuju keilahiahan, yang merupakan unsur jiwa/ruhani. Menjadi manifestasi kesejatian cinta, bak benang dan tenunan yang rindu kembali kepada kapas, atau umpama seruling bambu yang rindu kembali ke pokok dan rumpunnya.

    Selain itu, nuansa religiusitasnya sangat terasa ke sanubari terdalam, membumi dari sisi kemanusiaan universal, dan menembus langit ruhani dengan kerlap-kerlip cahaya cinta insaniah menuju cinta ilahiah. Realitas ceritanya tampak pada kehidupan sehari-hari sang tokoh yang banyak memetik hikmah pada setiap detak dan detik derap kehidupannya, sehingga sang tokoh senantiasa melakukan kontemflasi untuk menikmati setiap perjalanan spiritual dan intelektual dengan batin yang damai dan tenang. Sebab, rasa cinta Ilahi tertanam di kalbunya. Kemudian keteguhan para tokoh untuk istiqamah menggapai makna religiusitas yang dikemas dengan lembut, haru, anggun dalam pesona iman dan etika ketimuran (Indonesia).Pembaca diajak menelusuri getar-getir cinta para insani tanpa dipanaskan di atas tungku birahi tapi dibawa mencari kesajatian cinta pada kesubliman kalbu. Cinta, persahaban, dan komitmen pada tujuan adalah esensi mencari kebenaran dalam merajut cinta sejati-Nya. Novel Mustika Bersulam Emas ini membawa Anda pada spiritualitas dan transedental cinta murni seputih kapas dan sebening kaca tanpa berakhir dengan dendam dan permusuhan

- Irwanto Al-Krienciehie -

 

SINOPSIS NOVEL PROFETIK - SUFISTIK

Novel yang berjudul: MUSTIKA BERSULAM EMAS  merupakan novel profetik-sufistik yang mengangkat kearifan lokal yang ada di etnik Indonesia (Kerinci-Jambi). Yakni aset budaya yang tersimpan rapi, yakni: hukum adat dan agama yang mengakar dahulunya di masyarakat serta seni budaya seperti: Asyek, Tari Rangguk, Sike Rebana, Keba, Kunun, dan seni sastra yakni Gurindam Koerintji yang mendarah-daging. Namun, proses modernisasi dan globalisasi sering mengerus cara pandang dan prinsip spiritualitas manusia era kelimpahan, sehingga muncul hal-hal yang bersifat materialisme, individualisme, primisivisme, glamorisme dan isme-isme lainnya. Apalagi pada ranah agama dan budaya, sering generasi muda kehilangan jatidiri sebagai bangsa yang beradab dan berbudaya. Sehingga hampir agama dan budaya hanya tinggal cerita tanpa bekas.

Pengembaraan dan pencarian kebenaran dan kesejatian diri bukanlah mudah, namun menempuh proses yang panjang dan perjalanan yang terjal dan melelahkan. Khilaf, salah dan lupa merupakan sifat insani yang dhaif tapi bukan sesuatu yang harus penghalang meraih cintaNya, karena Allah membuka pintu taubat; yakni tempat kembali ke haribaanNya. Seperti seruling bambu yang kemerduannya merupakan “rintihan” kesejatiaanya untuk kembali ke asal diri, yakni rumpun bambu.    

Novel ini melalui penelitian pengarang dengan pendekatan ilmu sosial profetik dengan tiga pilar, yakni humanisasi, liberasi, dan transedental. Hal tersebut merupakan filsafat kenabian (profetik) supaya nilai ketuhanan dan kemanusiaan tidak diberangus dan “dibunuh” di era globalisasi sekarang ini. Maka, novel ini mencoba menghadirkan gren sastra profetik-sufistik yang tidak cukup dipahami dengan bahasa lisan, makna simbolik, dan laku moral, akan tetapi harus dipahami dari bahasa jiwa-kemanusiaan, makna subtantif dan laku batin terdalam.

Kehadiran novel ini sangat berbeda dengan novel Islami yang senantiasa mengawal tokoh cerita dengan standar fiqh, gelora cinta lawan jenis yang dipasung pengarang, dan lebih kepada “dramatisasi” adegan dakwah, serta kurang memberi perenungan (transedental) pada khalayak pembaca.

Kuatnya nuansa profetik-sufistik dalam novel ini dibuktikan dengan unsur sastra yang memikat, menggelitik kesadaran dan menggairahkan rasa keagamaan. Dibumbui dengan sensasi dan perenungan nilai-nilai spiritual di lubuk hati yang sublim. Tema moralitas (Mustika Budi) dipadu dengan muhasabah atau introspeksi diri (Mustika Hati), serta berbuhul pada kesejatian diri yang spiritualistik dan transedental (Mustika Diri Sejati). Kemudian diolah dan diramu ke dalam kisah cinta yang menerima dan memberi dan mengikuti unsur inderawi secara simbolik dengan realitas yang lebih tinggi menembus dimensi langit spiritualitas, bahkan menyingkap sisi insaniah menuju keilahiahan, yang merupakan unsur jiwa/ruhani. Menjadi manifestasi kesejatian cinta, bak benang dan tenunan yang rindu kembali kepada kapas, atau umpama seruling bambu yang rindu kembali ke pokok dan rumpunnya.

Selain itu, nuansa religiusitasnya sangat terasa ke sanubari terdalam, membumi dari sisi kemanusiaan universal, dan menembus langit ruhani dengan kerlap-kerlip cahaya cinta insaniah menuju cinta ilahiah. Realitas ceritanya tampak pada kehidupan sehari-hari sang tokoh yang banyak memetik hikmah pada setiap detak dan detik derap kehidupannya, sehingga sang tokoh senantiasa melakukan kontemflasi untuk menikmati setiap perjalanan spiritual dan intelektual dengan batin yang damai dan tenang. Sebab, rasa cinta Ilahi tertanam di kalbunya. Kemudian keteguhan para tokoh untuk istiqamah menggapai makna religiusitas yang dikemas dengan lembut, haru, anggun dalam pesona iman dan etika ketimuran (Indonesia).

    Novel ini mengangkat tema pendidikan karakter  (integritas intelektualitas dan spiritualitas)  yang dikemas dengan nilai-nilai kearifan lokal, dengan  menampilkan tokoh cerita yang mewakili genius local, yakni orang-orang yang bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah. Dengan genius local inilah problematika di akar rumpun dapat diselesaikan, bukan menunggu solusi dari atas alias kekuasaan atau penguasa.

    Cerita fiksi ini didedah dari keprihatinan seorang tokoh masyarakat yang risau melihat keadaan masyarakatnya sendiri, seperti: maraknya peredaran tuak, narkoba, minuman keras, judi, sabung ayam, dan perilaku amoral dan asusila lainnya.

    Pak Altaf (tokoh masyarakat) bertemu dengan sosok anak muda (Ahsan)  yang peduli dengan situasi lingkungannya dan ia sedang melakukan pengembaraan spiritual untuk menemukan jalan kebenaran; pak Altaf  Basyar berdiskusi dengan anak muda (Ahsan) tersebut dalam hal kesenian seruling bambu dan identitas budaya. Ternyata Ahsan menaruh simpati pada pak Altaf. Novel ini juga menghadirkan pak Amsal,  pak Sokdiman, dan  pak Sinardi (ketiga tokoh antagonis ini hanya rekaan dan gelar adatnya pun fiktif belaka). 

    Karena gagal membangun masyarakat berkeadaban melalui lembaga resmi, yakni kerapatan adat, maka pak Altaf menghimpun kekuatan masyarakat yakni para tokoh adat yang punya kepedulian yakni: pak Ahmad Husein, Abdul Latif, Imaduddin, Abdul Qahar, dan generasi muda seperti: Ahsan, Fakhira, Durratul, Irty, Ghaidatul, Syafiq dan Haidar, serta kaum ibu seperti: Irbatunnisa, Nur Hasanah, Nur Jannah, Salima dan Maimunah. Maka, disepakatilah nama lembaga untuk membangun masyarakat baru yang tercerahkan adalah lembaga pendidikan nonformal yakni: ‘Bahung Cendekia Leardership Centre’ yang disingkat dengan BC-Ler.

    Pendirian BC-Ler mendapat respon masyarakat, masyarakat bahu-membahu mendirikan BC-Ler yang berbentuk bahung (‘saung’) alias pondokan; bahung dibuat seperti kelas tapi berdinding bambu, beratap ilalang, duduk di atas lapik anyaman, dan pakai meja kayu; di bagian samping bahung dibuat pasar hasil pertanian dan kerajinan masyarakat yang berbentuk lapak (pedagang kaki lima); dilengkapi dengan kolam ikan dan tempat ternak ayam dan itik serta taman gizi keluarga bagi ibu-ibu dusun.

    Sejak berdirinya BC-Ler banyak yang tidak senang, bahkan dari pemangku adat sendiri, mereka beranggapan akan mengurangi penghormatan masyarakat kepada mereka. Sebab, mereka yang menjadi pemangku adat, yang merupakan ‘kasta’ sosial yang tinggi. Maka mereka dengan daya upaya ingin menghancurkan BC-Ler, bahkan membuat acara tandingan saat peresmian BC-Ler.

    Konflik batin terjadi antarsesama pengelola BC-Ler serta antara pengelola BC-Ler dengan warga sekitar, serta konflik pencarian kesejatian diri dalam mencari kebenaran dan menemui Tuhan.

    Pak Altaf merasa bahagia setelah ide bersamanya dengan pemangku adat dan generasi muda diterima pemangku adat lainnya dan seluruh warga masyarakat. Pak Altaf melakukan harmonisasi dengan alam, ia meniup seruling bambunya. Keindahan tiupan seruling pak Altaf di balas Ahsan. Pak Altaf dan Ahsan berpelukan. Pak Altaf mengajak Ahsan berdiskusi tentang filosofi seruling. Di sanalah Ahsan mengetahui kedalaman pengetahuan dan pengalaman pak Altaf. Namun, ketika di akhir penjelasanya pak Altaf pinsan dan digotong ke rumahnya. Kondisi pak Altaf tidak stabil, kalimat syahat menjadi lafas terakhir keberangkatanya menuju Allah. BC-Ler, warga, dan pemangku adat tumpah ruah melayat ke rumahnya, karena mereka merasa kehilangan sang tokoh perubahan di akar rumput; yang terjauh dari kultus individu, popularitas, dan liputan media.

    Novel yang bersetting Kerinci tahun 80-an yang digambarkan sesuai dengan kondisi alam Kerinci yang eksotis, serta tempat cerita digambarkan secara mendetil dan waktu kejadian runut, sehingga menjadi kekuatan cerita tersendiri dengan spesifikasi etnik Indonesia.

    Alur cerita yang mengalir tanpa mengurui, tertata rapi dan teratur, sehingga konflik batin dikemas seperti cerita yang sesungguhnya. Dan, di ‘dekorasi’ dengan bahasa estetik serta dibumbui nilai-nilai filosofi dan profetik-sufistik dalam novel: MUSTIKA BERSULAM EMAS keharibaan pembaca yang budiman.

    Tema pendidikan karakter yang dipadukan dengan nuansa lokal, membuat novel ini punya kekhasan tersendiri. Karena di tengah pemerintah Republik Indonesia mencari format pendidikan karakter, maka pengarang menyajikan solusi pendidikan karakter yang berbasis agama dan budaya bangsa Indonesia. 

    Maka, pengarang merekomendasikan novel ini untuk pemerintah Republik Indonesia, khususnya Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Menengah RI, serta Kementerian Agama RI dan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Semoga dengan novel ini menginspirasi untuk bersama-sama bahu-membahu menyelamatkan anak bangsa dari penyakit masyarakat (pekat), seperti: miras, tauran, perjudian, sabung ayam, zina, dan sejenisnya. 

Selain itu, tokoh perempuan dan anak-anak serta remaja dalam novel ini diberi ruang yang luas untuk mengespresikan semangat intelektualitasnya pada gerakan ilmu dan pencarian spiritualitasnya dengan kesadaran beragama tanpa paksaan, sehingga novel ini sangat ramah terhadap perempuan, anak-anak dan remaja. Ini merupakan bagian dari kampanye anti kekerasan pada perempuan, anak dan remaja di tengah kondisi bangsa yang darurat kekerasan terhadap perempuan, anak dan remaja. Sungguh ini merupakan novel ber’gizi’ bagi orang tua, anak-anak, remaja, perempuan, mahasiswa, akademisi dan masyarakat pembaca pada umumnya. 

Tampilan Text tanpa Background


Tampilan Background tanpa Text  
 

Start from End

Format Text

Start From End

- Font : AeroviasBrasilNF
- font Size : 100 pt
- Color : White & Gray
- Drop Shadow - Black - Add

Sub Judul

- Font : AeroviasBrasilNF
- Font Size : 14 pt

Sinopsis Belakang

- Font : Brain Wants
- Color White
- Text Full Justify

Penerbit 

- Logo
- Barcode


Background

- Pohon Kering


- Gray Pentagon Background





File Vector nya bisa di Download 
di sini


Support CorelDraw X3 / X4 / X7

TEXT COVER BELAKANG

Start From End. Kok bisa? bagaimana mungkin memulai sesuatu dari akhir? bukankah memulai itu mesti dari awal?Yah betul, tidaklah salah semua pertanyaan itu. Memulai sesuatu itu harusnya memang dari awal. Tapi buku ini mengajak kita untuk merubah pola fikir agar memulai sesuatu justru dari akhir. Karena ternyata memulai dari akhir itu berarti menentukan visi, memulai dari akhir berarti mempersiapkan langkah, memulai dari akhir akan meminimalisir kekeliruan. Temukan semua rahasia itu dalam buku ini. Ayo Kita belajar "Start From End". 

- Muhammad Akbar -


SINOPSIS " START FROM END "


Lazimnya sebuah perjalanan itu di mulai dari awal menuju akhir. From Zero to Hundred, dari Nol menuju ke seratus. Dari dasar menuju puncak. Namun kali ini kami akan mencoba untuk mengajak kita semua menjadi berbeda. Kita berjalan justru berawal dari akhir.
What…??? Dari akhir..???? tidak usah bingung kayak gitu juga kali. yah bener, dari akhir!!!!
Caranya..????? 
Untuk tahu caranya, silahkan dibaca sampai kata terakhir..!!! 
Mungkin masih ada diantara kita atau hampir keseluruhan pembaca belum memahami apa yang kami maksud. Karena yang namanya perjalanan tentunya harus bermula dari awal menuju akhir. Bagaimana mungkin memulai sesuatu dari akhir. Kan begitu?? Betul, betul, betul…!!! 
Kalau kita sekolah, pasti mulainya dari TK, Kemudian SD Kelas I, setelah itu kelas II, Kemudian kelas III dan seterusnya dan seterusnya. Hingga puncaknya kita mungkin ngambil S1, S2, S3 atau Es cendol. Hehehe
Mana ada perjalanan bermula dari akhir. Kan??
Artinya, lazimnya perjalanan itu di mulai dari awal menuju akhir. From down to up, dari bawah menuju atas. Dari lembah menuju puncak. From Zero to Hero, dari tak punya apa-apa menjadi seorang pejuang. Karena tidak mungkin kita naik ke atas jika tidak bermula dari bawah. Tidak mungkin kita sampai ke tujuan jika tidak melalui tahapan-tahapan yang ada. Kan gitu!!!
Iya sih, Anggapan itu sah-sah saja dan memang wajar saja jika ada yang mengajukan sejuta tanya seperti itu. Karena itu memang kenyataan yang nampak dimata dan terjadi didepan panca indra.

Lalu apa maksud kita berjalan dari akhir ???
Jadi singkatnya begini, setiap dari kita pasti memiliki tujuan dalam hidupnya masing-masing. Dan tujuan hidup kita diperoleh dari bagaimana kita memandang kehidupan kita ini.
Seseorang disaat menginginkan sesuatu pasti harus memiliki titik yang akan dia tuju. Ketika kita berjalan tanpa tujuan yang jelas, maka kita akan rapuh dan tak tentu arah. Kemana arah angin membawa maka kesana pula kita akan melangkah, kemana arus sungai mengalir maka ke arah situ pun kita akan berpaling.
Padahal tanpa sadar, jika sekiranya hidup itu mengalir seperti air, kita lupa bahwa filosofi air itu adalah mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pertanyaannya kemudian, apakah kita ingin menjadi rendah?, tentu tidak kan, maka caranya adalah tahu tujuan, tahu arah kemana kita harus melangkah agar kita tak salah arah.
Orang yang tak tahu tujuan akan bingung menentukan sikap dan tindakan yang akan dilakukannya. Dia akan terombang-ambing dilautan yang penuh dengan cobaan.
Sehingga dalam hidup ini, hal pertama yang harus kita lakukan adalah berfikir mendalam tentang apa sebenarnya tujuan yang kita ingin raih, apa sasaran dan target-target hidup yang ingin kita capai.
Dengan mengetahui mau kemana kita nantinya, dari mana kita berasal, kita akan mampu merumuskan jalan yang akan kita tempuh untuk menentukan cara menuju tujuan penghentian kita.
Misalnya tujuan kita ingin berangkat dari Kolaka menuju ke Makassar. Jika kita sudah tahu bahwa tujuan kita adalah Makassar, maka kita akan mampu menentukan kita kesana naik apa, mobil jurusan apa, naik ferry jurusan apa serta pengorbanan kita untuk ke sana seperti apa serta persiapan lainnya yang kita butuhkan ketujuan kita.
Start from End, Memulai dari akhir akan memberikan bekal yang tepat bagi kita untuk melangkah. Meminimalisir kekeliruan yang mungkin ditimbulkan karena kesalahan memilih jalan. Memberikan tuntunan dan panduan bagi kita untuk memilih sebuah langkah. 

 

Kaya dengan Emas


Format Text

Kaya Dengan Emas

- Font : Clear Line 7
- Font Size : 50 pt
- Font Color : Gold
- Fountain Fill (F11) - Radial (White-Gold)

Sub Judul

- Font : Berlin  Sans FB
- Font Size : 14 pt
- Font Color : Gold
- Fountain Fill (F11) - Radial _ Miror (Gold-White)

Bachtiar R Pudya

- Font : Arial
- Font Size : 14 pt
- Color White

Sinopsis Belakang
- Font : Times New Roman
- Color : White

Background

-  Gold Abstrack Background


- Bubble Gold Background


 - Glamour Sprinkle Gold Background


 - Fine Gold 999.9 Image
 - Gold Grafik


 

- Victorian Swirl
 
- Rectangle Gold Tranparency 75 %





Tampilan Cover tanpa Background





Untuk File Vector nya bisa di Download

di sini




untuk Font bisa di Download di Da Font

TEXT COVER BELAKANG


Emas sesungguhnya adalah mata uang yang berlaku di seluruh dunia dan sekaligus menjadi penjaga kekayaan kita . Sejarah membuktikan sejak jaman nabi Muhammad SAW (± 1440 tahun yang lalu) hingga saat ini, kemampuan daya beli emas tetap tidak berubah, yaitu 1 dinar (4.25 gramm emas) = 1 ekor kambing.
Emas merupakan penjaga kekayaan karena hanya emaslah yang mampu bertahan dari tekakan inflasi maupun deflasi. Emas sekaligus satu-satunya aset keuangan bernilai tinggi, yang mudah dicairkan. Inflasi yang tidak terkendali dapat berujung krisis ekonomi bahkan bisa berlanjut menjadi krisis politik dan jika tidak terkendali dapat menyebabkan krisis militer atau perang, harta kekayaan berupa tanah, rumah, mobil dan lain sebagainya, menjadi tak bernilai. Ketika terpaksa harus mengungsi, hanya emaslah aset bernilai yang mereka miliki. Sebab emas tersebut berlaku di seluruh dunia.
Menjadi penyimpan emas menjadikan kekayaan kita tetap terjaga nilainya, bahkan bisa menambah aset kekayaan. Menjadi penyimpan emas yang konsinten dan terus menjaga arus keuangan positif  dengan terus membuka kran-kran uang, maka aset kekayaan akan terus bertambah dan bertambah
Disiplin mengikuti aturan emas sesuai yang diajarkan para guru keuangan untuk membina kekayaan akan mempercepat jalan menuju kekayaan dan kesejahteraan. Konsistensi dan terus mau belajar dan belajar menjadi kunci meraih kesuksesan.  
- Bachtiar R. Pudya -